Minggu, 13 November 2016
Persembahan dan Pamer Diri
Sebelum bicara tentang akhir zaman, Yesus mengomentari orang-orang yang begitu takjub melihat bangunan bait Allah yang begitu indah. Disitu mereka memuji pernak-pernik bait Allah dari persembahan mereka. Seperti petir siang hari, peringatan Yesus bahwa semua yang mereka puji itu akan runtuh dan tidak ada lagi batu diatas batu. Runtuh. Semua kemegahan itu akan lenyap. Lukas 21 : 1 - 6.
Lukas 21:5 (TB) "Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan,..."
Yang menarik, itu adalah barang-barang persembahan. Kalau sebelumnya, Yesus memuji seorang janda miskin karena persembahannya yang kecil sekali dibanding semua orang, sebab mereka mempersembahkan dari kelebihan mereka sedang janda itu dari kekurangannya. Kalau disini, seakan Yesus mau membongkar kemegahan diri atas kemampuan memberi persembahan.
Ucapan syukur itu baik. Namun seringkali ungkapan syukur itu menjadi ajang memamerkan diri. Andaikata sebuah gereja yang megah selesai dibangun dan jemaat yang melihat keberhasilan mereka membangun gereja yang megah itu, satu dan yang lain
saling memuji diri lalu berkata:"Itu sound system saya yang kasih, itu piano dari orang itu, oya ya kursi-kursi ini dari pak anu....". Bukankah persembahan bagi Tuhan malah dijadikan ajang pamer diri.
Apa yang menakjubkan bagi manusia bisa saja runtuh tak tersisa. Siapa yang peduli kita telah memberi ini itu? Mungkin orang yang tahu itu akan memuji kita telah memberikan sesuatu yang berharga. Tapi apakah itu yang kita cari?
Yesus sendiri menyatakan bahwa kemegahan itu akan bisa saja lenyap. Runtuh. Tak bersisa.
Ucapan syukur yang baik haruslah dengan cara yang baik dan motivasi yang tulus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar