Bahan
Renungan :
Mazmur 147:2-4
Tanda apa yang Tuhan
berikan pada kita apabila kita jatuh dalam dosa sebagai peringatan supaya kita
berbalik dari dosa, kembali kepada Tuhan?
Salah satunya dengan
berbicara melalui hati nurani. Hati nurani kita tidak akan tenang apabila kita
jatuh dalam dosa. Sebelum orang lain mengingatkan, hati nurani kita seakan
berteriak tidak setuju atas apa yang kita lakukan bila kita jatuh dalam dosa.
Tapi masalahnya akan
timbul, apabila hati kita menjadi keras dan menebal seakan diam saja ketika kita jatuh
dalam dosa. Sepertinya nyaman saja tatkala kita berbuat dosa. Apakah Tuhan kita
akan berdiam diri? Tidak! Tuhan bisa memakai orang lain yang menyuarakan suara
kenabian untuk menegur kita. Dan apabila kita mendengar orang tersebut,
bersyukurlah kita, itu berarti kita kembali ke jalan Tuhan. Namun, lagi-lagi
bila kita mengeraskan hati tidak mau juga mendengarkan teguran orang-orang di
sekitar kita itu (yang saya kira sangat mengasihi kita) apa yang bisa Tuhan
lakukan untuk menyadarkan kita akan dosa-dosa kita?
Tuhan akan menyerahkan
kita pada keinginan-keinginan kita yang berdosa itu dengan berhadapan dengan
kenyataan pahit akan dosa itu (Roma 2:24-32). Seperti juga bangsa Israel yang
dibuang ke Babel –bangsa yang penuh dengan penyembahan berhala- sebagai cara
supaya bangsa Israel melihat sendiri kenyataan pahit hidup di tengah-tengah
bangsa yang menyembah berhala karena bangsa Israel telah menolak Tuhannya dan
jatuh pada penyembahan berhala. Bangsa Israel dicerai-beraikan dan jauh dari
bait Allah yang menjadi simbol hadirat Allah.
Sebagai umat Allah
tapi kehilangan persekutuan dengan Allah karena menolak bersekutu dengan Allah.
Hidup membelakangi Allah.
Namun demikian, Allah
Israel, Allah yang kita kenal melalui pengajaran Alkitab, tidak tinggal diam.
Meskipun masa hukuman pembuangan itu selama 70 tahun, Tuhan peduli pada
umat-Nya yang menjadi milik-Nya. Tuhan melawat umat-Nya.
Ayat kedua pada Mazmur 147 disebutkan:”TUHAN membangun
Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang yang tercerai-berai;...”
Tuhan mencari
umat-Nya. Tuhan memulihkan keadaan umat-Nya yang tercela yang dicemooh
bangsa-bangsa di sekitarnya. Tuhan menaruh rencana pemulihan kota Yerusalem
dalam hati Nehemia sehingga ia yang berada di pembuangan kembali untuk
membangun kota Yerusalem yang telah menjadi puing-puing karena dihancurkan oleh
bangsa Babel. Dan melalui Koresy, Raja Persia yang memaklumkan kepada bangsa
Israel yang telah tercerai-berai untuk kembali ke Israel. Itulah cara Tuhan
memakai orang-orang untuk melaksanakan kehendak-Nya
Tuhan yang melawat
umat-Nya tidak berhenti pada penghakiman atas dosa-dosa umat-Nya saja namun
membawa umat-Nya pada pertobatan. Tidak berhenti menunjukkan kesalaham umat-Nya
tapi mau memperbaiki keadaan umat-Nya yang tercela karena dosa. Tuhan yang
penuh kasih karunia itu pun disadari oleh Nehemia sebelum memohon belas kasihan
Tuhan atas bangsa, ia berdoa mohon ampun akan dosa-dosanya juga dosa keluarga
dan bangsanya. Dasar pemulihan adalah kesadaran akan dosa dan mau bertobat.
Tuhan yang melawat
umat-Nya mau bersekutu kembali dengan umat-Nya meskipun umat-Nya telah jatuh
dalam dosa. Tidak untuk selama-lamanya umat-Nya dibuang karena dosa-dosanya
tapi pemulihan dan pengampunan terjadi ketika umat-Nya kembali dikumpulkan.
Merasakan kembali hadirat Allah.
Ayat ketiga dalam Mazmur 147 disebutkan:”Ia menyembuhkan
orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;..”
Hal itu hendak
menyatakan bagaimana ketika Tuhan melawat umat-Nya maka ada pemulihan antara
hubungan antar sesama manusia terjadi tidak hanya hubungan Tuhan dengan
umat-Nya yang dipulihkan.
Orang-orang yang patah
hati adalah orang-orang yang kecewa karena melihat atau berada pada situasi
yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Dan patah hati seringkali
diakibatkan karena perlakuan dari orang lain. Ketika kita menaruh kepercayaan
pada seseorang tapi ternyata orang tesebut mengkhianati kita tentulah kita
kecewa. Dan kekecewaan atau patah hati itu akan sangat menyakitkan apabila
diakibatkan oleh orang yang paling dekat dengan kita dibandingkan dengan orang
yang hanya kita kenal.
Kita seringkali menuntut
orang yang membuat kita patah hati itu untuk meminta maaf dan berjanji untuk
tidak mengulangi kembali kesalahannya itu, tapi apabila hal itu tidak terjadi, bagaimana?
Apakah kita akan
membiarkan diri kita berada dalam kepahitan karena menyimpan dendam dan sakit
hati sehingga membusukkan hati kita membuat kita antipati / menolak orang lain
juga?
Ketika Tuhan
menyembuhkan orang-orang yang patah hati tidaklah disyaratkan dulu agar orang
yang membuat kita patah hati dan terluka itu mau mengakui kesalahannya dan
bertobat tapi semata-mata pemulihan itu terjadi dalam diri kita dengan cara memberikan
kuasa yang bekerja dalam diri kita untuk bisa mengampuni orang lain. Itulah
kasih karunia dari Allah.
Coba ingat kembali
saat-saat Tuhan memulihkan kita???
Saat itu kita akan
merasa heran mengapa bisa kita tidak marah ketika berhadapan dengan orang yang
telah menyakiti kita malah kita dimampukan untuk mengasihinya...
Nyonya Cerrie Teen
Boom, sahabat penginjil Billy Graham pernah ditanya wartawan bagaimana bisa ia
mendoakan orang-orang yang menyiksanya dalam kamp konsentrasi di Jerman. Ia
hanya menjawab itulah kasih karunia Allah yang memampukan dia mengasihi orang
yang telah menyakiti dirinya.
Jangan biarkan kita
tidak bisa tidur hanya karena terus memikirkan dosa-dosa orang lain sedangkan
orang tersebut malah tidur pulas bahkan mengorok..
Dendam lebih merusak
pada diri kita sendiri daripada menghancurkan orang yang kita benci.
Ia menyembuhkan... Ia
membalut... begitulah cara Allah melawat umat-Nya. Ia begitu peduli bahwa
hubungan antar manusia akan baik apabila didasari oleh kasih karunia dan
pengampunan. Tidak ada dendam disana.
Almarhum Pdt. Eka
Darmaputera (pendeta di GKI Bekasi Timur Jakarta) pernah menulis dalam bukunya tentang
misionaris Moravia yang kesulitan untuk mendapatkan kata pengampunan pada suku
Eskimo karena memang tidak ada kosakata untuk pengampunan. Akhirnya mereka
memakai kata –Issumagijoujungnainermik -
satu kata yang panjang tapi itulah yang bisa mereka lakukan dengan merangkai
kata-kata yang dikenal oleh suku Eskimo yang diuraikan artinya adalah:”Tidak
bisa memikirkan tentang itu lagi”.
Bisakah kita? Bisakah
kita tidak memikirkan orang yang telah menyakiti kita? Atau melupakan
kejahatan-kejahatannya? Bisa. Karena Tuhan sendirilah yang berjanji menyembuhkan
dan membalut, itu berarti Tuhan pulalah yang akan memampukan kita untuk
mengampuni. Asal kita percaya pada-Nya. Percaya pada Tuhan Yesus Kristus yang
melaluiNya kita peroleh pengampunan Allah. Kuasa akan diberikan dan kita akan
heran seperti wartawan yang mewancarai Nyonya Corrie Teen Boom.
Ayat keempat dalam Mazmur 147 disebutkan:”Ia menentukan
jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.”
Ayat tersebut tidak
bicara tentang astronomi –ilmu perbintangan- tapi bicara tentang kita sebagai
pribadi. Bagaimana bisa?
Coba Anda perhatikan kembali... Ia menentukan jumlah bintang-bintang.. siapakah
yang bisa menghitung bintang-bintang. Matahari adalah salah satu bintang,
ukuran berkali-kali lipat dari ukuran bumi. Dan ada milyaran bintang-bintang di
alam semesta ini dan luarbiasanya Allah kita mengetahui semua nama
bintang-bintang itu. Maksud mengetahui disini bukan cuma tahu tapi paham
seluk-beluknya.
Terlebih lagi kita
orang-orang yang dikasihiNya. Meskipun bila dibandingkan dengan ukuran
bintang-bintang itu kita begitu kecil, tapi bagi Allah kita sangat berarti
bahkan Ia relakan Anak-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Betapa berharganya
kita di mata-Nya.
Ayat ini juga ingin
mengingatkan kita bahwa Allah mengerti kita lebih dari siapapun. Tuhan mau
menjadi teman kita, sahabat kita. Sahabat tidaklah sekedar tahu kita tapi
mengerti dan memahami kita. Tuhan mau melawat kita karena kita sangat berarti
bagiNya. Ia mau berjumpa dengan kita seperti juga ketika Tuhan Allah berjalan
di taman Eden mencari Adam dan Hawa yang telah bersembunyi karena menyadari
keberdosaan mereka, Tuhan mau menjumpai Abraham dan mengajaknya pergi dari
Urkasdim ke tanah Kanaan, tanah perjanjian dan menjumpainya untuk melihat
bintang-bintang yang begitu banyak sebanyak keturunannya; Tuhan mau menjumpai
Samuel yang masih kecil yang tertidur di Bait Allah untuk menyatakan firman-Nya
bagi umatNya dan masih banyak contoh perjumpaan Allah dengan orang-orang
pilihan-Nya.
Tuhan yang mau melawat
kita seharusnya mendorong kita juga untuk berempati kepada orang lain yang
mungkin juga pernah jatuh dalam dosa, patah hati dan terluka maupun yang
kesepian karena merasa sendirian. Kita diminta untuk menjadi sahabat Allah yang
mau membagikan kasih Allah pada sesama seperti doa Ibu Theresia:
Saat rasa lapar
mendera
Datangkan padaku orang
yang butuh makanan.
Saat duka menghimpit
Kirimkan padaku teman
yang perlu dihibur.
Saat salibku terasa
makin berat
Izinkan aku memikul
salib orang lain pula.
Saat hanya diriku yang
kupikirkan
Bawa pikiranku pada
penderitaan orang lain.
Kebutuhan mendasar
dari manusia adalah dicintai dan mencintai. Kebutuhan itu saya rasa jauh lebih
besar daripada kebutuhan akan makan dan minum. Orang yang lapar dan haus masih
bisa menahan diri dengan berpuasa tapi orang yang kekurangan cinta kasih
terus-menerus maka orang tersebut akan mengalami kekosongan jiwa yang berakibat
fatal seperti menjadi orang yang dingin, penuh kepahitan dan menjadi asing
terhadap orang lain. Karena orang yang tak tahu dicintai bagaimana mungkin
mampu untuk mencintai??
Oleh karena itu, dalam
cinta kasih Kristus, Tuhan mau mengampuni dosa-dosa umat-Nya, menyembuhkan
orang yang patah hati dan terluka dengan memampukan juga untuk mengampuni orang
lain dan mau menerima kita apa adanya karena Dia mengenal kita lebih daripada
siapapun.
Maukah kita dilawat
oleh Tuhan yang begitu mengasihi kita?
Baiklah itu menjadi
perenungan kita bersama. Amin
Tegal, 25
Mei 2012
Septa Widodo
Munadi
(telah dibawakan dalam Kebaktian Doa Pagi di GKI Tegal - 25 Mei 2012)
Lagu pujian
:
NKB 34:1,3
NKB 210:1, 2-3
setiamu, Tuhanku, tiada bertara
NKB 34:1,3
SetiaMu
Tuhanku, tiada bertara
di kala suka, di saat gelap.
KasihMu Allahku, tidak berubah,
Kaulah Pelindung abadi tetap.
Ref.
SetiaMu Tuhanku, mengharu hatiku,
setiap pagi bertambah jelas.
Yang kuperlukan tetap Kauberikan,
sehingga aku pun puas lelas.
DamaiMu Kauberi, dan
pengampunan
dan rasa kuatir pun hilang lenyap,
kar’na ‘ku tahu
pada masa mendatang:
Tuhan temanku di t’rang
dan gelap.
kuutus ‘kau
NKB 210:1,2,3
Kuutus ‘kau mengabdi tanpa pamrih
berkarya t’rus dengan hati teguh,
meski dihina dan menanggung duka;
Kuutus ‘kau mengabdi bagiKu.
Kuutus ‘kau membalut yang terluka,
menolong jiwa sarat berkeluh,
menanggung susah dan derita dunia.
Kuutus ‘kau berkurban bagiKu.
Kuutus ‘kau kepada yang tersisih,
yang hatinya diliputi sendu,
sebatang kara, tanpa handai taulan.
Kuutus ‘kau membagi kasihKu.
Coda: Kar’na Bapa mengutusKu,
Kuutus ‘kau.